Bismillah
Disini Bukan Kawah Candradimuka

Sebuah Catatan Kecil Mahasiswa FK

Some time our work feel small. And insignificant. Likes this notes –dawneagle-. But, remember, a small riple can gain momentum. Begin with one small step. Don’t let others stand in your way. Be positive what you think. Your big dream will be real. InsyaAllah . Fell it, Belive it, achive it.
“Tidak akan kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pengasih. Maka lihatlah sekali lagi, adakah sesuatu yang cacat? kemudian ulangi pandanganmu sekali lagi (dan) sekali lagi, niscaya pandanganmu akan kembali kepadamu tanpa menemukan cacat dan ia (pandanganmu) dalam keadaan letih” (QS Al-Mulk 3-4)

Selasa, 27 Desember 2011

tahukah kamu Kenapa Jatuh Cinta Bikin Orang Tidak Nafsu Makan?

Saat jatuh cinta maka berbagai perasaan bercampur jadi satu sehingga dikenal dengan istilah berjuta rasanya. Salah satu hal yang dirasakan orang saat jatuh cinta adalah tidak nafsu makan, kenapa begitu?

Ketika sedang merasakan jatuh cita, seseorang akan mengalami perubahan kondisi hormonal yang membuat suasana hatinya bergejolak tidak karuan. Tidak hanya dari fluktuasi suasana hati, perubahan hormonal ini juga bisa diamati dari kondisi fisik.


http://www.lienaaifen.com/uploads/2011/08/tidak-nafsu-makan-ini-penyebabnya.jpg

Para ilmuwan mengungkapkan bahwa pusat kesenangan di otak akan menyala ketika seseorang sedang jatuh cinta sehingga membuat orang seperti mabuk kepayang dan memiliki kegembiraan.

Ahli saraf menjelaskan orang yang tengah dimabuk asmara ini akan mengaktifkan bagian otak yang memicu terjadinya pelepasan hormon dopamin, feromon, norepinefrin atau adrenalin dan juga serotonin.

Zat kimia yang dilepaskan oleh tubuh akan akan membuat seseorang merasa sangat gembira, denyut jantung meningkat, sulit tidur dan yang pasti tidak nafsu makan, seperti dikutip dari MedIndia.

Selain itu ketika sedang jatuh cinta maka seseorang akan memikirkan orang lain yang dicintainya sehingga membuat seseorang terasa sulit menelan makanan yang membuatnya jadi tidak nafsu makan.

Meski begitu orang yang jatuh cinta tidak kekurangan energi meski ia tidak nafsu makan karena tubuh berada dalam taraf energi yang tinggi akibat pelepasan dopamin dan zat kimia lain. Tingkat energi yang tinggi ini juga membuat orang jadi sulit tidur dan selalu memikirkan orang yang dicintainya.

Reaksi-reaksi yang terjadi di tubuh ketika sedang jatuh cinta ini bisa mempengaruhi suasana hati menjadi lebih baik, membuat tubuh lebih waspada serta memudahkan terjalinnya kedekatan emosi dengan orang lain.

Sementara itu efek lain yang muncul di tubuh ketika seseorang sedang jatuh cinta adalah adanya perasaan tergila-gila, mabuk kepayang, kreatif dan gembira yang memberi efek positif.

Tapi efek positif ini akan menjadi tidak sehat dan berbahaya ketika jatuh cinta berubah menjadi obsesi atau sangat ketergantungan dengan perasaan sehingga timbul rasa tidak bisa hidup tanpa seseorang.

Sumber :
detikhealth.com

Rabu, 21 Desember 2011

Hadiah Sang Ayah

 Seorang pemuda sebentar lagi akan diwisuda,sebentar lagi dia akan menjadi seorang sarjana, akhir dari jerih payahnya selama beberapa tahun di bangku pendidikan. Beberapa bulan yang lalu dia melewati sebuah showroom, dan saat itu dia jatuh cinta kepada  sebuah mobil sport, keluaran terbaru dari Ford. Selama beberapa bulan dia selalu membayangkan,  nanti pada saat wisuda ayahnya pasti akan membelikan mobil itu kepadanya. Dia yakin, karena dia  anak satu-satunya dan ayahnya sangat sayang padanya, sehingga dia yakin banget nanti dia pasti  akan mendapatkan mobil itu. Dia pun berangan-angan mengendarai mobil itu, bersenang-senang  dengan teman-temannya, bahkan semua mimpinya itu dia ceritakan keteman-temannya. Saatnya pun tiba, siang itu, setelah wisuda, dia melangkah pasti ke ayahnya.

Sang ayah tersenyum,  dan dengan berlinang air mata karena terharu dia mengungkapkan betapa dia bangga akan anaknya,  dan betapa dia mencintai anaknya itu. Lalu dia pun mengeluarkan sebuah bingkisan,.. . bukan sebuah kunci ! Dengan hati yang hancur sang anak menerima bingkisan itu, dan dengan sangat kecewa dia membukanya. Dan dibalik kertas kado itu ia menemukan sebuah Kitab Suci yang bersampulkan kulit asli, dikulit itu terukir indah namanya dengan tinta emas. Pemuda itu menjadi  marah, dengan suara yang meninggi dia berteriak, "Yaahh... Ayah memang sangat mencintai saya, dengan semua uang ayah, ayah belikan kitab ini untukku ? " Lalu dia membanting Kitab Suci itu  dan lari meninggalkan ayahnya. Ayahnya tidak bisa berkata apa-apa, hatinya hancur, dia berdiri  mematung ditonton beribu pasang mata yang hadir saat itu.

 Tahun demi tahun berlalu, sang anak telah menjadi seorang yang sukses, dengan bermodalkan  otaknya yang cemerlang dia berhasil menjadi seorang yang terpandang. Dia mempunyai rumah yang besar dan mewah, dan dikelilingi istri yang cantik dan anak-anak yang cerdas. Sementara itu ayahnya semakin tua dan tinggal sendiri. Sejak hari wisuda itu, anaknya pergi meninggalkan dia dan tak pernah menghubungi dia. Dia berharap suatu saat dapat bertemu anaknya itu, hanya untuk meyakinkan dia betapa kasihnya pada anak itu. Sang anak pun kadang rindu dan ingin bertemu dengan sang ayah, tapi mengingat apa yang terjadi pada hari wisudanya, dia menjadi sakit hati dan sangat mendendam.
 Sampai suatu hari datang sebuah telegram dari kantor kejaksaan yang memberitakan bahwa ayahnya telah meninggal, dan sebelum ayahnya meninggal, dia mewariskan semua hartanya kepada anak satu-satunya itu. Sang anak disuruh menghadap Jaksa wilayah dan bersama-sama ke rumah ayahnya untuk mengurus semua harta peninggalannya. Saat melangkah masuk ke rumah itu, mendadak hatinya menjadi sangat sedih, mengingat semua kenangan semasa dia tinggal di situ. Dia merasa sangat menyesal telah bersikap jelak terhadap ayahnya. Dengan bayangan-bayangan masa lalu yang menari-nari di matanya, dia menelusuri semua barang dirumah itu. Dan ketika dia membuka brankas ayahnya, dia menemukan Kitab Suci itu, masih terbungkus dengan kertas yang sama beberapa tahun yang lalu. Dengan airmata berlinang, dia lalu memungut Kitab Suci itu, dan mulai membuka halamannya. Di halaman pertama Kitab Suci itu, dia membaca tulisan tangan ayahnya, "Sebaik-baik manusia adalah mereka yang paling bermanfaat bagi orang lain. Dan Tuhan
 Maha Kaya dari segala apa yang ada di dunia ini"

 Selesai dia membaca tulisan itu, sesuatu jatuh dari bagian belakang Kitab Suci itu. Dia memungutnya, .... sebuah kunci mobil ! Di gantungan kunci mobil itu tercetak nama dealer, sama dengan dealer mobil sport yang dulu dia idamkan ! Dia membuka halaman terakhir, dan menemukan di situ terselip STNK dan surat-surat lainnya, namanya tercetak di situ. dan sebuah kwitansi pembelian mobil, tanggalnya tepat sehari sebelum hari wisuda itu.  Dia berlari menuju garasi, dan di sana dia menemukan sebuah mobil yang berlapiskan debu selama bertahun-tahun, meskipun mobil itu sudah sangat kotor karena tidak disentuh bertahun-tahun, dia  masih mengenal jelas mobil itu, mobil sport yang dia dambakan bertahun-tahun lalu. Dengan buruburu dia menghapus debu pada jendela mobil dan melongok ke dalam. bagian dalam mobil itu masih baru, plastik membungkus jok mobil dan setirnya, di atas dashboardnya ada sebuah foto, foto ayahnya, sedang tersenyum bangga. Mendadak dia menjadi lemas, lalu terduduk di samping mobil itu, air matanya tidak terhentikan, mengalir terus mengiringi rasa menyesalnya..... ...
 P.S:
 SEBERAPA MAHAL DAN BERHARGANYA KITA PERNAH KEHILANGAN SEBUAH
 BARANG, NAMUN TAK SEMENYESAL JIKA KITA KEHILANGAN ORANG-ORANG
 YANG KITA CINTAI (Sebelum kita meminta maaf padanya)

Senin, 19 Desember 2011

Jadi Akhwat Jangan Genit



Jadi ikhwan jangan genit..
Kalau diluar tampil alim dan sangat sibuk..
Tapi waktu dengar adzan, ke masjidpun jadi yang paling ngantuk..
Apalagi kalau mau datang waktu Jum'atan..
Beuh,lewat depan rumah si akhwat dengan tampilan paling jantan..
Seakan dia sedang memikirkan berbagai hal..
Padahal tujuannya nggak jauh- jauh dari update sandal..
Astagfirullah....

Jadi ikhwan jangan genit..
Pengen banget disebut ikhwan.. biar kelihatan tambah wah..
Tapi jarang banget yang namanya tilawah..
Apalagi kalau soal dakwah..
Selalu bilang... lu duluan aja dah..
Dalam hati mau jujur sajalah..
Dakwah buat kepala cenat-cenut dalam- dalam..
Selanjutnya lebih enak ngedengerin " cinta satu malam"..

Jadi ikhwan jangan Genit…
Kamuflase pun berlanjut..
Menyerang hati yang kena penyakit akut..
Coba- coba tampil super jaim didepan para akhwat..
Sambil berharap agar lebih memikat..
Ikhwan genit pun matanya mulai jelalatan..
Kalau ada akhwat yang melintas di depan..
Cepat- cepat beri penilaian..
Loh.. loh matanya masih aja "belanja"..
Pas diingetin bilangnya, "ah cuman pandangan pertama yang nggak Disengaja"..
Si ikhwan genit akhirnya pasang kuda- kuda..
Deg.. deg.. benar- benar terbanyang dihati dan kepala..
Ya Allah apakah ini jodoh saya?!
Lebay...

Jadi ikhwan jangan genit..
Banyak memanfaatkan amanah dakwah untuk kepentingan diri..
Dan pikirannya hanyalah tentang akhwat dan proses seleksi..
Coba lihat koleksi foto akhwatnya..
Kalo dilihatin bisa dag dig dug di dada..
Sampai- sampai bisa buat si ikhwan kelenger..
Supaya awet, ditaruhnya tuch foto dibackground computer..
Ajiib....

Jadi ikhwan jangan genit..
Akhirnya si akhwat minta ditolong..
Benerin komputer yang katanya meledak ampe gosong..
Kepintaran si ikhwan membuat sang akhwat terkesan..
Percakapanpun di susul dengan hal yang nggak relevan..
Sampai akhirnya bicara juga tentang pemograman..
Ahay, tapi si ikhwan dalam hati berharap, lumayan kalau nanti Akhirnya bisa kenalan..

Jadi ikhwan jangan genit..
Acara chating pun berlanjut dengan si akhwat..
Kalo ditegor katanya "ah cuma sambil lewat"..
Pakai alasan buat dakwah di dunia maya..
Tapi kok skalian pasang foto yang paling gaya..
Maksud awal ingin sampein materi..
Eh malah ujungnya nanya " sudahkah anda ta'aruf ukhti?"..
Si akhwat menjawab malu- malu "belum, memang kenapa akh?"..
Si ikhwan menyambut lega, "alhamdulillah"..
Percakapanpun berlanjut dengan yang sangat pribadi..
Please dey, trus esensi dakwah tuh apa kabarnya ini?..

Jadi ikhwan jangan genit..
Sekarang mulai suka sekali sms tausiyah..
Padahal sebenarnya dia kangen akhwat idola sampai berdarah- darah..
Sang akhwat menyambut dengan ucapan terimakasih..
Si ikhwanpun kegirangan ampe tuna ekspresih..
Oh noo...

Jadi ikhwan jangan genit..
Menginjak acara selanjutnya..
Iseng- iseng ditelpon itu akhwat idola..
Katanya sih urusan darurat..
Darurat sih darurat tapi kok betah sampe jam 12 malam lewat..
Ampe lupa kalo mata tinggal setengah watt..

Jadi ikhwan jangan genit..
Para ikhwan, apakah kau masih ingat..
Atau mungkin pernah engkau catat..
Bahwa ada hal yang lebih penting dari sekedar wanita..
Walau itu adalah celah kelemahanmu yang paling nyata..
Tapi urusan jodoh itu hal yang ghoib..
Jangan kotori diri dengan aib..
Lebih baik mulai menjaga izza..
Atau bakal jauh dari naungan dakwah..
Nggak perlu pakai tebar pesona terbaik..
Dengan iman kau menjadi yang paling apik..

Jadi ikhwan jangan genit..
Engkau laki- laki penuh dengan amanah..
Engkau akan menjadi pemimpin keluarga yang sakinah..
Maka dari itu jangan "suka- suka gue dah"..
Mulailah belajar hidup terarah..
Terarah dalam aturan sang maha rahman..
Sehingga hidupmu akan penuh dengan kedamaian..

(Syahidah/voa-islam.com)

Sego Pindang Palembang

Jika biasanya pindang adalah ikan asin. Pindang yang dimaksud disini adalah empal daging. Dengan kuah kental dan rempah yang berasa mampu mrmperkuat ekspresi rasa khas. Hanya denga. Rp 7500 ada dapat menikmati nasi ini di kanton fkg unair

Sabtu, 17 Desember 2011

Dimana Rumahmu Nak?

 "Dimana rumahmu Nak?

Orang bilang anakku seorang aktivis . Kata mereka namanya tersohor dikampusnya sana . Orang bilang anakku seorang aktivis.Dengan segudang kesibukan yang disebutnya amanah umat . Orang bilang anakku seorang aktivis .Tapi bolehkah aku sampaikan padamu nak ? Ibu bilang engkau hanya seorang putra kecil ibu yang lugu.

Anakku,sejak mereka bilang engkau seorang aktivis ibu kembali mematut diri menjadi ibu seorang aktivis .Dengan segala kesibukkanmu,ibu berusaha mengerti betapa engkau ingin agar waktumu terisi dengan segala yang bermanfaat.Ibu sungguh mengerti itu nak, tapi apakah menghabiskan waktu dengan ibumu ini adalah sesuatu yang sia-sia nak ? Sungguh setengah dari umur ibu telah ibu habiskan untuk membesarkan dan menghabiskan waktu bersamamu nak,tanpa pernah ibu berfikir bahwa itu adalah waktu yang sia-sia.

Anakku,kita memang berada disatu atap nak,di atap yang sama saat dulu engkau bermanja dengan ibumu ini .Tapi kini dimanakah rumahmu nak?ibu tak lagi melihat jiwamu di rumah ini .Sepanjang hari ibu tunggu kehadiranmu dirumah,dengan penuh doa agar Allah senantiasa menjagamu .Larut malam engkau kembali dengan wajah kusut.Mungkin tawamu telah habis hari ini,tapi ibu berharap engkau sudi mengukir senyum untuk ibu yang begitu merindukanmu . Ah,lagi-lagi ibu terpaksa harus mengerti,bahwa engkau begitu lelah dengan segala aktivitasmu hingga tak mampu lagi tersenyum untuk ibu . Atau jangankan untuk tersenyum,sekedar untuk mengalihkan pandangan pada ibumu saja engkau engkau,katamu engkau sedang sibuk mengejar deadline. Padahal,andai kau tahu nak,ibu ingin sekali mendengar segala kegiatanmu hari ini,memastikan engkau baik-baik saja,memberi sedikit nasehat yang ibu yakin engkau pasti lebih tahu.Ibu memang bukan aktivis sekaliber engkau nak,tapi bukankah aku ini ibumu ? yang 9 bulan waktumu engkau habiskan didalam rahimku..

Anakku, ibu mendengar engkau sedang begitu sibuk nak. Nampaknya engkau begitu mengkhawatirkan nasib organisasimu,engkau mengatur segala strategi untuk mengkader anggotamu . Engkau nampak amat peduli dengan semua itu,ibu bangga padamu .Namun,sebagian hati ibu mulai bertanya nak,kapan terakhir engkau menanyakan kabar ibumu ini nak ? Apakah engkau mengkhawatirkan ibu seperti engkau mengkhawatirkan keberhasilan acaramu ? kapan terakhir engkau menanyakan keadaan adik-adikmu nak ? Apakah adik-adikmu ini tidak lebih penting dari anggota organisasimu nak ?

Anakku,ibu sungguh sedih mendengar ucapanmu.Saat engkau merasa sangat tidak produktif ketika harus menghabiskan waktu dengan keluargamu . Memang nak,menghabiskan waktu dengan keluargamu tak akan menyelesaikan tumpukan tugas yang harus kau buat,tak juga menyelesaikan berbagai amanah yang harus kau lakukan .Tapi bukankah keluargamu ini adalah tugasmu juga nak?bukankah keluargamu ini adalah amanahmu yang juga harus kau jaga nak?

Anakku,ibu mencoba membuka buku agendamu .Buku agenda sang aktivis.Jadwalmu begitu padat nak,ada rapat disana sini,ada jadwal mengkaji,ada jadwal bertemu dengan tokoh-tokoh penting.Ibu membuka lembar demi lembarnya,disana ada sekumpulan agendamu,ada sekumpulan mimpi dan harapanmu.Ibu membuka lagi lembar demi lembarnya,masih saja ibu berharap bahwa nama ibu ada disana.Ternyata memang tak ada nak,tak ada agenda untuk bersama ibumu yang renta ini.Tak ada cita-cita untuk ibumu ini . Padahal nak,andai engkau tahu sejak kau ada dirahim ibu tak ada cita dan agenda yang lebih penting untuk ibu selain cita dan agenda untukmu,putra kecilku..

Kalau boleh ibu meminjam bahasa mereka,mereka bilang engkau seorang organisatoris yang profesional.Boleh ibu bertanya nak,dimana profesionalitasmu untuk ibu ?dimana profesionalitasmu untuk keluarga ? Dimana engkau letakkan keluargamu dalam skala prioritas yang kau buat ?

Ah,waktumu terlalu mahal nak.Sampai-sampai ibu tak lagi mampu untuk membeli waktumu agar engkau bisa bersama ibu..

Setiap pertemuan pasti akan menemukan akhirnya. Pun pertemuan dengan orang tercinta,ibu,ayah,kaka dan adik . Akhirnya tak mundur sedetik tak maju sedetik .Dan hingga saat itu datang,jangan sampai yang tersisa hanyalah penyesalan.Tentang rasa cinta untuk mereka yang juga masih malu tuk diucapkan .Tentang rindu kebersamaan yang terlambat teruntai.

Untuk mereka yang kasih sayangnya tak kan pernah putus,untuk mereka sang penopang semangat juang ini . Saksikanlah,bahwa tak ada yang lebih berarti dari ridhamu atas segala aktivitas yang kita lakukan.Karena tanpa ridhamu,Mustahil kuperoleh ridhaNya..."

Sabtu, 10 Desember 2011

PBL Ceria: Modul Gawat Darurat

Skenario "Seorang lelaki dewasa mendadak tidak sadarkan diri setelah injeksi di ruang praktek dokter" Berhubung ini modul tentang GELS (General Emergency Life Support) maka analisisnya adalah apa yang harus dilakukan dokter saat gawat darurat. Yah walaupun saat ini cuma masih dibatasi sampai BLS (Basic Life Support) tapi modul ini mwnyenangkan....
ayo teman cari LI-nya 1. Kenapa ada gangguan airway pada orang pingsan? 2. apa mungkin ada gangguan breathing pada orang pingsan? 3. Bagaimana kondisi circulation pada orang dengan kesadaran menurun? 4. Jika ada salah satu kegawatan diatas apa yang harus dilakukan dan bagaimana evaluasinya? 5. Adakah aspek etikolegal disini?

Empat Tes Sederhana Gagal Ginjal


Empat tes sederhana ini, menurut dokter spesialis ginjal, dr. Djoko Santoso dari Siloam Hospitals saat ditemui di Clinic Specialist Siloam Hospitals Plaza Semanggi, Sabtu 21 Februari 2009, bisa menyelamatkan jiwa si penderita gagal ginjal kronik. Yaitu:

Tes tekanan darah dengan alat tensimeter. Jika tekanan darah Anda tinggi, kondisi tersebut dapat mengakibatkan kerusakan gelung pembuluh darah kecil dalam ginjal. Tekanan darah di bawah 140/90 mmHg adalah baik bagi sebagian besar orang, namun tekanan darah 130/80 mmHg adalah lebih baik jika anda menderita GGK. “di bawah 120/80mmHg adalah yang terbaik,” kata Djoko.

Selain tes tekanan darah, lakukan juga tes protein dalam urine,sebab adanya sejumlah kecil protein dalam air kencing merupakan tanda dini dari GGK. Jumlah albumin dan protein lain yang menetap dalam air kencing (proteinuria) menunjukkan adanya kerusakan ginjal. Menurut Djoko nilai normal protein dalam urine kurang dari 30 mgalbumin per gram kreatinin urine.

Tes ketiga, yang pelu dilakukan adalah tes kreatinin dalam darah (kreatinin serum). Dalam ginjal yang sehat menyaring kreatinin (suatu produk sampah dari aktivitas otot) keluar dari darah. Bila fungsi ginjal menurun, kadar kreatinin darah bias meningkat. Normalnya kreatini dalam darah 0,6-1,2 mg per desiliter darah.

Dan, tes keempat yang wajib dilakukan adalah tes laju filtrasi glomerular (suatu daya saring ginjal). Tes ini merupakan pengukuran fungsi ginjal yang paling sensitive dan akurat. Nilai normalnya lebih dari 90 cc/menit/1,73m2 luas permukaan tubuh adalah baik. Antara 60-89 cc/menit/1,73m2 sebaiknya dilakukan monitoring. Dan jika laju filtrasi glomerular kurang dari 60 cc/menit/1,73m2 selama 3 bulan menunjukkan adanya gagal ginjal kronik.

“Oleh karenanya setiap orang yang ingin menghindari penyakit ini perlu melakukan latihan fisik secara rutin,berhenti merokok,periksakan kadar kolesterol anda, jaga berat badan supaya tetap ideal, hindari minuman alkohol, periksa kondisi fisik tiap tahun makan dengan komposisi berimbang, minum air putih yang cukup dan ketahui riwayat penyakit keluarga bias mencegah penyakit ini sedari dini,” jelas Djoko.
 
Petti Lubis, Lutfi Dwi Puji Astuti

Sumber: http://kosmo.vivanews.com/

Rabu, 07 Desember 2011

Syok Anafilaktik Penatalaksanaan Syok Anafilaktik

Jika seseorang sensitif terhadap suatu antigen dan kemudian terjadi kontak lagi terhadap antigen tersebut, akan timbul reaksi hipersensitivitas. Antigen yang bersangkutan terikat pada antibodi dipermukaan sel mast sehingga terjadi degranulasi, pengeluaran histamin, dan zat vasoaktif lain. Keadaan ini menyebabkan peningkatan permeabilitas dan dilatasi kapiler menyeluruh. Terjadi hipovolemia relatif karena vasodilatasi yang mengakibatkan syok, sedangkan peningkatan permeabilitas kapiler menyebabkan udem. Pada syok anafilaktik, bisa terjadi bronkospasme yang menurunkan ventilasi.
Syok Anafilaktik
Syok Anafilaktik
Syok anafilaktik sering disebabkan oleh obat, terutama yang diberikan intravena seperti antibiotik atau media kontras. Sengatan serangga seperti lebah juga dapat menyebabkan syok pada orang yang rentan.
Penatalaksanaan Syok Anafilaktik
Penatalaksanaan syok anafilaktik memerlukan tindakan cepat sebab penderita berada pada keadaan gawat. Sebenarnya, pengobatan syok anafilaktik tidaklah sulit, asal tersedia obat-obat emergensi dan alat bantu resusitasi gawat darurat serta dilakukan secepat mungkin. Hal ini diperlukan karena kita berpacu dengan waktu yang singkat agar tidak terjadi kematian atau cacat organ tubuh menetap.
Kalau terjadi komplikasi syok anafilaktik setelah kemasukan obat atau zat kimia, baik peroral maupun parenteral, maka tindakan yang perlu dilakukan, adalah:
  1. Segera baringkan penderita pada alas yang keras. Kaki diangkat lebih tinggi dari kepala untuk meningkatkan aliran darah balik vena, dalam usaha memperbaiki curah jantung dan menaikkan tekanan darah.
  2. Penilaian A, B, C dari tahapan resusitasi jantung paru, yaitu:
    1. Airway (membuka jalan napas). Jalan napas harus dijaga tetap bebas, tidak ada sumbatan sama sekali. Untuk penderita yang tidak sadar, posisi kepala dan leher diatur agar lidah tidak jatuh ke belakang menutupi jalan napas, yaitu dengan melakukan ekstensi kepala, tarik mandibula ke depan, dan buka mulut.
    2. Breathing support, segera memberikan bantuan napas buatan bila tidak ada tanda-tanda bernapas, baik melalui mulut ke mulut atau mulut ke hidung. Pada syok anafilaktik yang disertai udem laring, dapat mengakibatkan terjadinya obstruksi jalan napas total atau parsial. Penderita yang mengalami sumbatan jalan napas parsial, selain ditolong dengan obat-obatan, juga harus diberikan bantuan napas dan oksigen. Penderita dengan sumbatan jalan napas total, harus segera ditolong dengan lebih aktif, melalui intubasi endotrakea, krikotirotomi, atau trakeotomi.
    3. Circulation support, yaitu bila tidak teraba nadi pada arteri besar (a. karotis, atau a. femoralis), segera lakukan kompresi jantung luar.
Penilaian A, B, C ini merupakan penilaian terhadap kebutuhan bantuan hidup dasar yang penatalaksanaannya sesuai dengan protokol resusitasi jantung paru.
  1. Segera berikan adrenalin 0.3–0.5 mg larutan 1 : 1000 untuk penderita dewasa atau 0.01 mk/kg untuk penderita anak-anak, intramuskular. Pemberian ini dapat diulang tiap 15 menit sampai keadaan membaik. Beberapa penulis menganjurkan pemberian infus kontinyu adrenalin 2–4 ug/menit.
  2. Dalam hal terjadi spasme bronkus di mana pemberian adrenalin kurang memberi respons, dapat ditambahkan aminofilin 5–6 mg/kgBB intravena dosis awal yang diteruskan 0.4–0.9 mg/kgBB/menit dalam cairan infus.
  3. Dapat diberikan kortikosteroid, misalnya hidrokortison 100 mg atau deksametason 5–10 mg intravena sebagai terapi penunjang untuk mengatasi efek lanjut dari syok anafilaktik atau syok yang membandel.
  4. Bila tekanan darah tetap rendah, diperlukan pemasangan jalur intravena untuk koreksi hipovolemia akibat kehilangan cairan ke ruang ekstravaskular sebagai tujuan utama dalam mengatasi syok anafilaktik. Pemberian cairan akan meningkatkan tekanan darah dan curah jantung serta mengatasi asidosis laktat. Pemilihan jenis cairan antara larutan kristaloid dan koloid tetap merupakan perdebatan didasarkan atas keuntungan dan kerugian mengingat terjadinya peningkatan permeabilitas atau kebocoran kapiler. Pada dasarnya, bila memberikan larutan kristaloid, maka diperlukan jumlah 3–4 kali dari perkiraan kekurangan volume plasma. Biasanya, pada syok anafilaktik berat diperkirakan terdapat kehilangan cairan 20–40% dari volume plasma. Sedangkan bila diberikan larutan koloid, dapat diberikan dengan jumlah yang sama dengan perkiraan kehilangan volume plasma. Tetapi, perlu dipikirkan juga bahwa larutan koloid plasma protein atau dextran juga bisa melepaskan histamin.
  5. Dalam keadaan gawat, sangat tidak bijaksana bila penderita syok anafilaktik dikirim ke rumah sakit, karena dapat meninggal dalam perjalanan. Kalau terpaksa dilakukan, maka penanganan penderita di tempat kejadian sudah harus semaksimal mungkin sesuai dengan fasilitas yang tersedia dan transportasi penderita harus dikawal oleh dokter. Posisi waktu dibawa harus tetap dalam posisi telentang dengan kaki lebih tinggi dari jantung.
  6. Kalau syok sudah teratasi, penderita jangan cepat-cepat dipulangkan, tetapi harus diawasi/diobservasi dulu selama kurang lebih 4 jam. Sedangkan penderita yang telah mendapat terapi adrenalin lebih dari 2–3 kali suntikan, harus dirawat di rumah sakit semalam untuk observasi.
Pencegahan Syok Anafilaktik
Pencegahan syok anafilaktik merupakan langkah terpenting dalam setiap pemberian obat, tetapi ternyata tidaklah mudah untuk dilaksanakan. Ada beberapa hal yang dapat kita lakukan, antara lain:
  1. Pemberian obat harus benar-benar atas indikasi yang kuat dan tepat.
  2. Individu yang mempunyai riwayat penyakit asma dan orang yang mempunyai riwayat alergi terhadap banyak obat, mempunyai risiko lebih tinggi terhadap kemungkinan terjadinya syok anafilaktik.
  3. Penting menyadari bahwa tes kulit negatif, pada umumnya penderita dapat mentoleransi pemberian obat-obat tersebut, tetapi tidak berarti pasti penderita tidak akan mengalami reaksi anafilaktik. Orang dengan tes kulit negatif dan mempunyai riwayat alergi positif mempunyai kemungkinan reaksi sebesar 1–3% dibandingkan dengan kemungkinan terjadinya reaksi 60%, bila tes kulit positif.
  4. Yang paling utama adalah harus selalu tersedia obat penawar untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya reaksi anafilaktik atau anafilaktoid serta adanya alat-alat bantu resusitasi kegawatan.
Mempertahankan Suhu Tubuh
Suhu tubuh dipertahankan dengan memakaikan selimut pada penderita untuk mencegah kedinginan dan mencegah kehilangan panas. Jangan sekali-kali memanaskan tubuh penderita karena akan sangat berbahaya.
Pemberian Cairan
  1. Jangan memberikan minum kepada penderita yang tidak sadar, mual-mual, muntah, atau kejang karena bahaya terjadinya aspirasi cairan ke dalam paru.
  2. Jangan memberi minum kepada penderita yang akan dioperasi atau dibius dan yang mendapat trauma pada perut serta kepala (otak).
  3. Penderita hanya boleh minum bila penderita sadar betul dan tidak ada indikasi kontra. Pemberian minum harus dihentikan bila penderita menjadi mual atau muntah.
  4. Cairan intravena seperti larutan isotonik kristaloid merupakan pilihan pertama dalam melakukan resusitasi cairan untuk mengembalikan volume intravaskuler, volume interstitial, dan intra sel. Cairan plasma atau pengganti plasma berguna untuk meningkatkan tekanan onkotik intravaskuler.
  5. Pada syok hipovolemik, jumlah cairan yang diberikan harus seimbang dengan jumlah cairan yang hilang. Sedapat mungkin diberikan jenis cairan yang sama dengan cairan yang hilang, darah pada perdarahan, plasma pada luka bakar. Kehilangan air harus diganti dengan larutan hipotonik. Kehilangan cairan berupa air dan elektrolit harus diganti dengan larutan isotonik. Penggantian volume intra vaskuler dengan cairan kristaloid memerlukan volume 3–4 kali volume perdarahan yang hilang, sedang bila menggunakan larutan koloid memerlukan jumlah yang sama dengan jumlah perdarahan yang hilang. Telah diketahui bahwa transfusi eritrosit konsentrat yang dikombinasi dengan larutan ringer laktat sama efektifnya dengan darah lengkap.
  6. Pemantauan tekanan vena sentral penting untuk mencegah pemberian cairan yang berlebihan.
  7. Pada penanggulangan syok kardiogenik harus dicegah pemberian cairan berlebihan yang akan membebani jantung. Harus diperhatikan oksigenasi darah dan tindakan untuk menghilangkan nyeri.
  8. Pemberian cairan pada syok septik harus dalam pemantauan ketat, mengingat pada syok septik biasanya terdapat gangguan organ majemuk (Multiple Organ Disfunction). Diperlukan pemantauan alat canggih berupa pemasangan CVP, “Swan Ganz” kateter, dan pemeriksaan analisa gas darah.
Kesimpulan
Berhasil tidaknya penanggulangan syok tergantung dari kemampuan mengenal gejala-gejala syok, mengetahui, dan mengantisipasi penyebab syok serta efektivitas dan efisiensi kerja kita pada saat-saat/menit-menit pertama penderita mengalami syok.
Daftar Pustaka
  1. Franklin C M, Darovic G O, Dan B B. Monitoring the Patient in Shock. Dalam buku: Darovic G O, ed, Hemodynamic Monitoring: Invasive and Noninvasive Clinical Application. USA : EB. Saunders Co. 1995 ; 441 – 499.
  2. Alexander R H, Proctor H J. Shock. Dalam buku: Advanced Trauma Life Support Course for Physicians. USA, 1993 ; 75 – 94
  3. Haupt M T, Carlson R W. Anaphylactic and Anaphylactoid Reactions. Dalam buku: Shoemaker W C, Ayres S, Grenvik A eds, Texbook of Critical Care. Philadelphia, 1989 ; 993 – 1002.
  4. Thijs L G. The Heart in Shock (With Emphasis on Septic Shock). Dalam kumpulan makalah: Indonesian Symposium On Shock & Critical Care. Jakarta-Indonesia, August 30 – September 1, 1996 ; 1 – 4.
  5. Zimmerman J L, Taylor R W, Dellinger R P, Farmer J C, Diagnosis and Management of Shock, dalam buku: Fundamental Critical Support. Society of Critical Care Medicine, 1997.
  6. Atkinson R S, Hamblin J J, Wright J E C. Shock. Dalam buku: Hand book of Intensive Care. London: Chapman and Hall, 1981; 18-29.
  7. Wilson R F, ed. Shock. Dalam buku: Critical Care Manual. 1981; c:1-42.
  8. Bartholomeusz L, Shock, dalam buku: Safe Anaesthesia, 1996; 408-413
Sumber: http://nursingbegin.com/

Rangkuman Kakak Kelas

Buat temen2 yang lagi ngerjain PBL, semangat ya...
Ni buat tambahan rangkuman Basic Life Support ( BLS / GELs / PPGD ) dari kakak kelas 
 
Download Disini

Makasih buat mbaknya angkatan 2005

Keperawatan Gawat Darurat (EMERGENCY)

Gawat :

Kegawat Daruratan MDMC Suatu kondisi dimana korban harus segera ditolong apabila tidak segera di tolong akan mengalami kecacatan atau kematian.
Ex : gangguan pernafasan, gangguan sirkulasi, perdarahan hebat.

Darurat :

Suatu kondisi dimana korban harus segera di tolong tapi penundaan pertolongan tidak akan menyebabkan kematian / kecacatan.
Ex : Luka, Ca mamae, BPH, Fraktur tertutup

Gawat darurat medik :

Peristiwa yang menimpa seseorang dengan tiba-tiba yang dapat membahayakan jiwa, sehingga memerlukan tindakan medik dengan segera dan tepat.

Bencana :

Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam dan atau manusia yang mengakibatkan korban dan penderitaan manusia, kerugian harta benda, kerusakan lingkungan, kerusakan sarana dan prasarana umum serta menimbulkan gangguan terhadap tata kehidupan dan penghidupan masyarakat dan pembanguan nasional yang memerlukan bantuan dan pertolongan

Bencana masal :

Kejadian mendadak yang tidak diduga serta menimbulkan kerugian harta benda dan nyawa manusia lebih dari 10-25 orang
Bencana masal terjadi karena sebab-sebab:
  • Alamiah : kebakaran, gempa bumi
  • Kelalaian manusia : kecelakaan KA, pesawat terbang, kapal laut.
  • Direncanakan : ledakan bom oleh teroris

Bencana dibagi dalam 4 tingkatan :

  • Tingkat I   : Korban < 50 orang
  • Tingkat II  : Korban 51 – 100 orang
  • Tingkat III : Korban 101 – 300 orang
  • Tingkat IV  : Korban >300 orang

Triage:

Suatu sistem seleksi penderita yang menjamin supaya tidak ada penderita yang tidak mendapat perawatan
Klasifikasi korban menurut perlukaan yang diderita :
  1. Golongan I (Label Hijau) :Penderita tidak luka / menderita gangguan jiwa sehingga tidak memerlukan tindakan bedah.
  2. Golongan II (Label Kuning) :Penderita dengan luka ringan dan memerlukan tindakan bedah minor.
  3. Golongan III (Label Merah) :Penderita keadaan luka berat / syok.
  4. Golongan IV (Label Putih) :Penderita dengan luka berat tetapi sulit ditolong
  5. Golongan V (Label Hitam) : Penderita meninggal dunia
Sistem pelayanan gadar menitik beratkan pada dua sasaran :
  1. Peningkatan kemampuan pelayanan gadar melalui kategori unit gadar RS
  2. Peningkatan fungsi infrastruktur meliputi:
    1. Bidang Management :
      • Penetapan peraturan, standart pelayanan, pedoman PPGD.
      • Peningkatan kemampuan perencanaan upaya PPGD
      • Peningkatan kemampuan pengorganisasian PPGD.
    2. Pengembangan bidang sistem informasi.
      • Peningkatan dan pengembangan sistem pencatatan dan pelaporan serta analisa data pasien gadar

Tujuan PPGD :

  1. Mencegah kematian dan kecacatan
  2. Merujuk pasien gawat darurat (Gadar) untuk mendapatkan penanganan yang memadai
  3. Menanggulangi korban bencana

Keberhasilan PPGD ditentukan oleh:

  1. Kecepatan menemukan pasien gawat darurat (Gadar)
  2. Kecepatan meminta pertolongan
  3. Kecepatan dan kualitas pertolongan yang diberikan
    1. Ditempat kejadian
    2. Perjalan ke RS
    3. Pertolongan selanjutnya di Puskesmas/RS

Berhasil atau tidaknya pertolongan yang diberikan dibagian gadar tergantung :

  1. Keadaan pasien saat tiba dibagian gadar
  2. Keadaan gedung
  3. Kualitas, jumlah peralatan, dan obat-obatan
  4. Kemampuan dan ketrampilan petugas.
Prosedur pelayanan gadar meliputi rangkaian :
  1. Fase pra RS : ditolong oleh
    • Orang awam
    • Polisi, SAR, Hansip, DPK
    • Ambulance 118
  2. Fase RS, pertolongan di
    • IGD
    • ICU
    • Ruang rawat
  3. Fase post RS :
    • Sembuh
    • Sembuh cacat
    • Meninggal dunia
Problem dalam PGD
  1. Fase pra RS
    • Komonikasi
    • Pendidikan
    • Transportasi
      1. Dari tempat kejadian sampai RS diangkut dengan berbagai kendaraan, sebagian kecil menggunakan ambulance.
      2. Syarat alat transportasi :
        • Kendaraan (perahu, gerobak,helikopter)
          • Prinsip : pasien dapat telentang, luas, cukup tinggi, komunikasi sentral dengan RS, identitas jelas
        • Alat medis :
          • Resusitasi (Ambubag)
          • Laringoskopi, ET
          • Guidel/mayo
          • O2 transport
          • Suction, balut, bidai, infus, matras, EKG dll.
        • Personal
          • Perawat yang bisa mengemudi
          • Perawat CCN ( asrama )
      3. Syarat transpotasi penderita
        • Gangguan pernafasan dan cardiovaskuler telah tertanggulangi
        • Perdarahan dihentikan
        • Luka ditutup
        • Patah tulang telah di fiksasiSelama transportasi di monitor : Vital Sign, kesadaran, daerah perlukaan
  2. Fase RS
    • Puskesmas
    • Bagian gadar
    • Penggolongan korban bencana

Disaster plan (Perencanaan Musibah)

  1. RS daerah atau kota dapat memanfaatkan tenaga dan fasilitas yang ada secara efisien.
  2. Problem disaster plan:
    • Bencana datang secara tiba-tiba
    • Jumlah korban lebih banyak dari pada petugas
  3. Faktor penghambat disaster plan :
    • Anggapan bahwa bencana tidak akan terjadi disini
    • Semoga tidak terjadi disini

Bantuan hidup Dasar / Basic Life Support

Tujuan BLS :

  1. Mencegah henti nafas dan henti jantung
  2. Membantu pernafasan dan atau sirkulasi dengan cara resusitasi jantung dan paru dengan langkah A.B.C

Indikasi :

  1. Henti nafas
    • Penyebab : tenggelam, stroke, sumbatan benda asing, inhalasi asap, keracunan obat, syock listrik, tercekik, trauma, AMI, tersambar petir, coma.
  2. Henti jantung

Langkah- langkah BLS/BHD

A. Air Way Control (bebaskan jalan nafas)

  • Posisi telentang
  • Permukaan rata
  • Buka jalan nafas dengan ekstensi kepala dengan mengangkat dagu (head tilt, chine lift manuver), kalau perlu mengangkat mandibula (jaw trust manuver) dan ketiganya dikenal dengan triple air way manuver.
  • Bila ada muntahan bisa dibersihkan dengan cara manual.

B. Breathing Support ( bantuan nafas )

  • Menilai ada nafas/ tidak dengan cara : melihat, mendengar, dan merasakan.
  • Bila bernafas dan tidak sadar posisikan penderita stabil lateral dan pelihara jalan nafas
  • Bila tidak bernafas dan tidak sadar : mulai pernafasan buatan dengan meniup 2 kali secara lambat
  • Bila nadi ada, lanjutan pernafasan buatan 10-12 x/ mnt tanpa kompresi dada
Tindakan pada sumbatan jalan nafas :
  • Manuver helmich (hentakan pada perut)
  • Chest thrusts (hentakan dada): penderita gemuk, hamil, bayi < 1 thn
  • Penyapuan dengan jari : hanya pada penderita tidak sadar

C. Circulation Support (bantuan sirkulasi )

  • Nilai adanya nadi besar, bila teraba lanjutkan nafas buatan 10 – 12 kali per menit kalau perlu , jika nadi tidak teraba lakukan kompresi jantung luar
  • Kompresi pada bayi dan anak : 100x/mnt, lokasi 1/3 bawah sternum (1 jari dibawah garis antara kedua putting susu) dengan perbandingan 5:1
    • Neonatus: 2 jari (kedua jempol atau telujuk dan tangah dengan perbandingan 3:1 atau 5:1
    • RJP dg 1 penolong: perbandingan 15: 2
    • RJP dg 2 penolong , perbandingan 15 : 1

    Sumber: http://andaners.wordpress.com/2010/11/17/keperawatan-gawat-darurat-emergency/

SISTEM PENANGGULANGAN GAWAT DARURAT TERPADU.

Pendahuluan
Bencana merupakan peristiwa yang biasanya mendadak (bisa perlahan) disertai jatuhnya banyak korban dan bila tidak ditangani dengan tepat akan menghambat, mengganggu dan merugikan masyarakat, pelaksanaan dan hasil pembangunan. Indonesia merupakan super market bencana. Bencana pada dasarnya karena gejala alam dan akibat ulah manusia. Untuk mencegah terjadinya akibat dari bencana, khususnya untuk mengurangi dan menyelamatkan korban bencana, diperlukan suatu cara penanganan yang jelas (efektif, efisien dan terstruktur) untuk mengatur segala sesuatu yang berkaitan dengan kesiapsiagaan dan penanggulangan bencana. Ditingkat nasional ditetapkan Bakornas-PBP (sekarang Banas), Satkorlak-PBP dipropinsi dan Satlak-PBP dikabupaten kota. Unsur kesehatan tergabung didalamnya.

Dalam keadaan sehari-hari maupun bencana, penanganan pasien gadar melibatkan pelayanan pra RS, di RS maupun antar RS. Memerlukan penanganan terpadu dan pengaturan dalam sistem. Ditetapkan SPGDT-S dan SPGDT-B (sehari-hari dan bencana) dalam Kepres dan ketentuan pemerintah lainnya.

Disadari untuk peran jajaran kesehatan mulai tingkat pusat hingga desa memerlukan kesiapsiagaan dan berperan penting dalam penanggulangan bencana, mengingat dampak yang sangat merugikan masyarakat. Untuk itu seluruh jajaran kesehatan perlu mengetahui tujuan dan langlah-langkah kegiatan kesehatan yang perlu ditempuh dalam upaya kesiapsiagaan dan penanggulangan secara menyeluruh.

Tujuan

1. Didapatkan kesamaan pola pikir / persepsi tentang SPGDT.
2. Diperoleh kesamaan pola tindak dalam penanganan ksus gadar dalam keadaan sehari-
hari maupun bencana.

Pengertian
1. Safe Community, (SC) : Keadaan sehat dan aman yang tercipta dari, oleh dan untuk
masyarakat. Pemerintah dan teknokrat merupakan fasilitator dan pembina.
2. Bencana : Kejadian yang menyebabkan terjadinya banyak korban gadar, yang tidak da
pat dilayani oleh unit pelayanan kesehatan seperti biasa, terdapat kerugian material dan
terjadinya kerusakan infra struktur fisik serta terganggunya kegiatan normal
masyarakat.
3. Pasien gadar adalah pasien yang berada dalam ancaman kematian dan memerlukan
pertolongan segera.
4. SPGDT : Sistem penanggulangan pasien gadar yang terdiri dari unsur, pelayanan pra
RS, pelayanan di RS dan antar RS. Pelayanan berpedoman pada respon cepat yang
menekankan time saving is life and limb saving, yang melibatkan pelayanan oleh
masyarakat awam umum dan khusus, petugas medis, pelayanan ambulans gadar dan
sistem komunikasi.
5. PSC (Public Safety Center) : Pusat pelayanan yang menjamin kebutuhan masyarakat
dalam hal-hal yang berhubungan dengan kegadaran, termasuk pelayanan medis yang
dapat dihubungi dalam waktu singkat dimanapun berada. Merupakan ujung tombak
pelayanan kesehatan, yang bertujuan untuk mendapatkan respons cepat (quick re
sponse) terutama pelayanan pra RS.
6. BSB (Brigade Siaga Bencana) : Satuan tugas kesehatan yang terdiri dari petugas me
dis (dokter, perawat), paramedik dan awam khusus yang memberikan pelayanan kese
hatan berupa pencegahan, penyiagaan maupun pertolongan bagi korban bencana.
7. UGD (Unit Gawat Darurat) : Unit pelayanan di RS yang memberikan pelayanan pertama
pada pasien dengan ancaman kematian dan kecacadan secara terpadu dengan meli
batkan berbagai disiplin.
8. HCU (High Care Unit) : Unit pelayanan di RS yang melakukan pelayanan khusus bagi
pasien dengan kondisi respirasi, hemodinamik dan kesadaran yang sudah stabil dan
masih memerlukan pengobatan, perawatan dan pengawasan secara ketat.
9. URI (Unit Rawat Intensif) : Unit pelayanan di RS yang melakukan pelayanan khusus
bagi pasien gadar yang menggunakan berbagai alat bantu untuk mengatasi ancaman
kematian dan melakukan pengawasan khusus terhadap fungsi vital tubuh.

SAFE COMMUNITY
Pelayanan kasehatan di Indonesia beralih ke dan berorientasi pada paradigma sehat. Untuk mencapai hal tsb. dicanangkan program Safe Community oleh Depkes pada HKN 36 di Makassar. Adalah gerakan agar masyarakat merasa sehat, aman dan sejahtera dimanapun mereka berada yang melibatkan peran aktif himpunan profesi maupun masyarakat. Gerakan ini juga terkandung dalam konstitusi WHO.

Mempunyai dua aspek, care dan cure, Care adalah adanya kerja-sama lintas sektoral terutama jajaran non kesehatan untuk menata perilaku dan lingkungan di masyarakat untuk mempersiapkan, mencagah dan melakukan mitigasi dalam menghadapi berbagai hal yang berhubungan dengan kesehatan, keamanan dan kesejahteraan. Cure adalah peran utama sektor kesehatan dibantu sektor lain terkait dalam upaya melakukan penanganan keadaan dan kasus-kasus gadar.

Kemampuan masyarakat melakukan pertolongan pertama yang cepat dan tepat pra RS merupakan awal kegiatan penanganan dari tempat kejadian dan dalam perjalanan ke RS untuk mendapatkan pelayanan yang lebih efektif di RS.

Melalui gerakan SC diharapkan dapat diwujudkan upaya-upaya untuk mengubah perilaku mulai dari kelompok keluarga, kelompok masyarakat dan lebih tinggi hingga mencapai seluruh masyarakat Indonesia. Gerakan ini harus dikembangkan secara sistematis dan berkesinambungan dengan mengikutsertakan berbagai potensi. Gerakan ini ditunjang komponen dasar : Subsistem komunikasi, transportasi, yankes maupun non kesehatan termasuk biaya yang bersinergi.

Sistem yang dikembangkan Depkes adalah pengembangan model dan pembuatan standar maupun pedoman yang diperlukan. Daerah memiliki peluang menyusun rencana kesehatan sesuai kebutuhan dan kemampuan masyarakatnya.

Visi gerakan SC
Menjadi gerakan di masyarakat yang mampu melindungi masyarakat dalam keadaan kedaruratan sehari-hari dan melindungi masyarakat dalam situasi bencana maupun atas dampak akibat terjadinya bencana, sehingga tercipta perilaku masyarakat dan lingkungan sekitarnya untuk terciptanya situasi sehat dan aman.

Misi gerakan SC
1. Mendorong terciptanya gerakan masyarakat untuk menjadi sehat, aman dan sejahtera.
2. Mendorong kerja-sama lintas sektor dan program dalam gerakan mewujudkan
masyarakat sehat dan aman.
3. Mengembangkan standar nasional dalam peningkatan kualitas pelayanan kesehatan.
4. Mengusahakan dukungan pendanaan bidang kesehatan dari pemerintah, bantuan luar
negeri dan bantuan lain dalam rangka pemerataan dan perluasan jangkauan pelayanan
kesehatan terutama dalam keadaan darurat. Menata sistem pendukung pelayanan ke
sehatan pra RS dan playanan kesehatan di RS dan seluruh unit pelayanan kesehatan
di Indonesia.

Nilai dasar
1. SC meliputi aspek care (pencegahan, penyiagaan dan mitigasi),
2. Equity, adanya kebersamaan dari institusi pemerintah, kelompok/organisasi profesi dan
masyarakat dalam gerakan SC.
3. Partnership, menggalang kerja-sama lintas sektor dan masyarakat untuk mencapai tu
juan dalam gerakan SC.
4. Net working, membangun suatu jaring kerja-sama dalam suatu sistem dengan melibat
kan seluruh potensi yang terlibat dalam gerakan SC.
5. Sharing, memiliki rasa saling membutuhkan dan kebersamaan dalam memecahkan se
gala permasalahan dalam gerakan SC.

Maksud
Memberikan pedoman baku bagi daerah dalam melaksanakan gerakan SC agar terciptanya masyarakat sehat, aman dan sejahtera.

Tujuan
1. Menggerakkan partisipasi masyarakat dalam gerakan SC dan menata perilaku
masyarakat dan ingkungannya menuju perilaku sehat dan aman.
2. Membangun SPGDT yang dapat diterapkan pada seluruh lapisan masyarakat.
3. Membangun respons masyarakat pada pelayanan kesehatan dalam keadaan darurat
melalui pusat pelayanan terpadu antara lain PSC dan potensi penyiagaan fasilitas ke
sehatan serta peran serta masyarakat dalam menghadapi bencana.
4. Mempercepat response time kegadaran untuk menghindari kematian dan kecacadan
yang seharusnya tidak perlu terjadi.

Sasaran yang ingin dicapai
1. Meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kepedulian masyarakat dan profesi kese
hatan dalam kewaspadaan dini kegadaran.
2. Terlaksananya koordinasi lintas sektor terkait dalam SPGDT, baik untuk keamanan dan
ketertiban (kepolisian), unsur penyelamatan (PMK) dan unsur kesehatan (RS, Puskes
mas, ambulans dll) yang tergabung dalam satu kesatuan dengan mewujudkan PSC.
3. Terwujudnya subsistem komunikasi dan transportasi sebagai pendukung dalam satu
sistem, SPGDT.

Falsafah dan Tujuan Organisasi dalam SC
1. Gerakan SC diwujudkan untuk memberikan rasa sehat dan aman dengan melibatkan
seluruh potensi masyarakat serta memanfaatkan kemampuan dan fasilitas pada pela-
yanan kesehatan pra RS dan RS atau antar RS secara optimal.
2. Merubah perilaku mulai dari anggota keluarga, kelompok hingga yang lebih tinggi se
cara berjenjang agar mampu menanggulangi kegadaran sehari-hari.
3. Ada visi, misi, tujuan dan sasaran.
4. Menggunakan motto time saving is life and limb saving dan kemampuan rehabilitasi
pasca keadaan gadar sebagai bagian upaya mewujudkan rasa sehat dan aman bagi
masyarakat.

Ketentuan umum dalam pengorganisasian
1. Organisasi gerakan SC didaerah didasarkan pada organisasi yang melibatkan multi
disiplin dan multi profesisi.
2. Terdapat unsur pimpinan/wakil, sekretaris, bendahara dan anggota.
3. Minimal melibatkan unsur keamanan dan ketertiban (kepolisian, penyelamatan/PMK
dan kesehatan, dan kemudian dilibatkan unsur lain seperti keselamatan dan kesehatan
kerja karyawan dan humas.

Administrasi dan pengelolaan
1. Harus ada struktur serta uraian tugas, pembagian kewenangan dan mekanisme hu-
bungan kerja dengan unit lain.
2. Unit kerja terkait al. jajaran kesehatan, kepolisian, PU, keselamatan kerja dan tenaga
kerja, telekomunikasi, ormas (ORARI, RAPI, PMI dll).
3. Adanya ketetapan produk hukum, merupakan dasar mencapai visi, misi dan tujuan.
4. Adanya petunjuk dan informasi yang disediakan bagi masyarakat untuk mejamin kemu
dahan dan kelancaran dalam memberikan pelayanan di masyarakat.
5. Ada PSC sebagai unit pelaksana yang berfungsi untuk respons cepat kegadaran di
masyarakat.

Staf dan pimpinan
1. Gerakan SC diselenggarakan oleh seluruh komponen masyarakat dengan kepala
daerah menetapkan keberadaan organisasi ini dengan SK.
2. Organisasi dimaksud adalah PSC yang dibangun disetiap daerah.
3. Jumlah, jenis dan kualifikasi tenaga yang ditetapkan sesuai kebutuhan.

Fasilitas dan Peralatan
1. Fasilitas yang disediakan harus dapat menjamin efektifitas bagi pelayanan kepada
masyarakat termasuk pelayanan UGD di RS dengan waktu pelayanan 24 jam.
2. Sarana dan prasarana, peralatan dan obat yang disiapkan sesuai dengan standard
yang ditetapkan Depkes.
3. Adanya subsistem pendukung baik komunikasi, transportasi termasuk ambulans dan
keselamatan kerja.

Kebijakan dan prosedur
1. Tertulis agar dapat dievaluasi dan disempurnakan.
2. Ditetapkan kebijakan pelayanan kasus gadar pra RS, RS dan rujukannya termasuk
adanya perencanaan RS dalam penanganan bencana (Hospital disaster plan).
3. Ditetapkan adanya PSC ditiap daerah dan memperhatikan hal-hal yang berkaitan de-
ngan keselamatan kerja dan kegadaran sehari-hari.

SISTEM PENANGGULANGAN GAWAT DARURAT TERPADU


Umum
Sistem yang merupakan koordinasi berbagai unit kerja (multi sektor) dan didukung berbagai kegiatan profesi (multi disiplin dan multi profesi) untuk menyelenggarakan pelayanan terpadu bagi penderita gadar baik dalam keadaan bencana maupun sehari-hari. pela-yanan medis sistem ini terdiri 3 subsistem yaitu pelayanan pra RS, RS dan antar RS.

Sistem pelayanan Medik Pra RS
Dengan mendirikan PSC, BSB dan pelayanan ambulans dan komunikasi.

Pelayanan sehari-hari :
- PSC. Didirikan masyarakat untuk kepentingan masyarakat. Pengorganisasian dibawah Pemda. SDM berbagai unsur tsb. ditambah masyarakat yang bergiat dalam upaya pertolongan bagi masyarakat. Biaya dari masyarakat. Kegiatan menggunakan perkembangan teknologi, pembinaan untuk memberdayakan potensi masyarakat, komunikasi untuk keterpaduan kegiatan. Kegiatan lintas sektor. PSC berfungsi sebagai respons cepat penangggulangan gadar.
- BSB. Unit khusus untuk penanganan pra RS, khususnya kesehatan dalam bencana. Pengorganisasian dijajaran kesehatan (Depkes, DInkes, RS), petugas medis (perawat, dokter), non medis (sanitarian, gizi, farmasi dll). Pembiayaan dari instansi yang ditunjuk dan dimasukkan APBN/APBD.
- Pelayanan Ambulans. Terpadu dalam koordinasi dengan memanfaatkan ambulans Puskesmas, klinik, RB, RS, non kesehatan. Koordinasi melalui pusat pelayanan yang disepakati bersama untuk mobilisasi ambulans terutama dalam bencana.
- Komunikasi. Terdiri dari jejaring informasi, koordinasi dan pelayanan gadar hingga seluruh kegiatan berlangsung dalam sistem terpadu.
- Pembinaan. Berbagai pelatihan untuk meningkatan kemampuan dan keterampilan bagi dokter, perawat, awam khusus. Penyuluhan bagi awam.

Pelayanan pada bencana, terutama pada korban massal
- Koordinasi, komando. Melibatkan unit lintas sektor. Kegiatan akan efektif dan efisien bila dalam koordinasi dan komando yang disepakati bersama.
- Eskalasi dan mobilisasi sumber daya. Dilakukan dengan mobilisasi SDM, fasilitas dan sumber daya lain sebagai pendukung pelayanan kesehatan bagi korban.
- Simulasi. Diperlukan protap, juklak, juknis yang perlu diuji melalui simulasi apakah dapat diimplementasikan pada keadaan sebenarnya.
- Pelaporan, monitoring, evaluasi. Penanganan bencana didokumentasikan dalam bentuk laporan dengan sistematika yang disepakati. Data digunakan untuk monitoring dan evaluasi keberhasilan atau kegagalan, hingga kegiatan selanjutnya lebih baik.

Sistem Pelayanan Medik di RS
1. Perlu sarana, prasarana, BSB, UGD, HCU, ICU, penunjang dll.
2. Perlu Hospital Disaster Plan, Untuk akibat bencana dari dalam dan luar RS.
3. Transport intra RS.
4. Pelatihan, simulasi dan koordinasi adalah kegiatan yang menjamin peningkatan ke
mampuan SDM, kontinuitas dan peningkatan pelayan medis.
5. Pembiayaan diperlukan dalam jumlah cukup.

Sistem Pelayanan Medik Antar RS.
1. Jejaring rujukan dibuat berdasar kemampuan RS dalam kualitas dan kuantitas.
2. Evakuasi. Antar RS dan dari pra RS ke RS.
3. Sistem Informasi Manajemen, SIM. Untuk menghadapi kompleksitas permasalahan da
lam pelayanan. Perlu juga dalam audit pelayanan dan hubungannya dengan penunjang
termasuk keuangan.
4. Koordinasi dalam pelayanan terutama rujukan, diperlukan pemberian informasi kea
daan pasien dan pelayanan yang dibutuhkan sebelum pasien ditranportasi ke RS tujuan.

Hal-hal khusus
1. Petunjuk Pelaksanaan Permintaan dan Pengiriman bantuan medik dari RS rujukan.
2. Protap pelayanan Gadar di tempat umum.
3. Pedoman pelaporan Penilaian Awal/Cepat.



PUBLIC SAFETY CENTER
Diadakannya PSC dilandasi aspek time management sebagai implementasi time saving is life and limb saving yang mengandung unsur kecepatan atau quick respons dan ketepatan berupa mutu pelayanan yang sesuai standar. Unsur kecepatan dipenuhi oleh subsistem transportasi dan komunikasi handal sedang unsur ketepatan dipenuhi oleh kemampuan melakukan pertolongan penderita gadar (PPGD) meliputi basic life support dan advance life support sesuai masalah yang dihadapi. Pelayanan bersifat gratis dan begitu sampai RS, berlaku sistem pembayaran yang berlaku. Awak ambulans PSC berstandar BLS dan ALS.

Peran Dirjen Bina Yanmed Depkes
Tujuan pembangunan kesehatan antaranya memperbaiki kualitas pelayanan diseluruh daerah dan seluruh fasilitas pelayanan. Pelayanan medik diberikan pada individu berupa upaya promotif, kuratif dan rehabilitatif yang bersifat continuum (terus menerus). Pela-yanan medik dasar berupa pencegahan primer (health promotion dan specific protection) oleh tenaga medik maupun non medik. Pencegahan sekunder berupa deteksi dini dan pengobatan serta pembatasan cacad, serta pencegahan tertier berupa rehabilitasi medik maksimal oleh dokter, dokter gigi dan tenaga kesehatan lain. Yanmed dasar merupakan basis dari sistem rujukan medik spesialistik.

Hubungan Kebijakan Depkes dengan pelayanan pada masyarakat
Arah dan kebijakan pembangunan kesehatan yang ditetapkan Menkes lebih menekankan pada upaya peningkatan dan pemeliharaan kesehatan tanpa mengabaikan pelayanan penyembuhan dan rehabilitasi untuk mencapai visi Indonesia Sehat 2010. Berdasar PP 25/2000 tentang kewenangan Pemerintah dan kewenangan propinsi dan Kepmenkes 130/2000 tentang Organisasi dan cara kerja Depkes, maka yanmed dalam pembangunan kesehatan memerlukan :
1. Penetapan pedoman sertifikasi teknologi yanmed.
2. Penetapan pedoman penerapan, penapisan dan pengembangan teknologi dan standar
etika medik.
3. Penetapan standar akreditasi sarana dan prasarana yanmed.
4. Penetapan standar pendidikan dan pendayagunaan tenaga kesehatan.
5. Penetapan pedoman pembiayaan yanmed.

Paradigma yanmed unggulan menganut pada (mengacu pada dasar-dasar bangkes tsb.):
1. Pergeseran orientasi dari professional driven menjadi client driven, klien yang semula objek menjadi subjek pelayanan. Otonomi klien sangat diutamakan seperti pada informed consent yang berupa pemberian informasi timbal balik seimbang. Hubungan provider dan client merupakan dasar yanmed. Kepuasan klien merupakan fokus pelayanan yang menjamin kesembuhan, penurunan keluhan dan atau peningkatan kesehatan. Client driven approach merupakan lingkungan kondusif dalam menciptakan budaya mutu dari institusi yanmed.
2. Yanmed terintegrasi adalah pelayanan holistic-continuum yang akan meningkatkan mutu dan efisiensi pelayanan, termasuk pertimbangan biaya. Manajemen profesional memacu sinergi seluruh sumber daya.
3. Evidence based medicine adalah yanmed yang dilaksanakan profesional mengacu pada fakta yang benar, dapat dipercaya yang diinformasikan pada klien dan akan melandasi keputusan dan tindakan profesional yanmed.
4. Medicine by law. Industri pelayanan medik mengandung unsur ekonomi, sosial, profesional. Transaksi yanmed tidak sama dengan transaksi umum yang mengandung kepastian. Walaupun pasien ditangani lege artis dapat saja terjadi kematian dan kecacadan. Undang-undang perlindungan konsumen tidak dapat diterapkan dalam yanmed. Untuk itu hukum yanmed perlu dikembangkan secara adil baik dari sisi provider maupun klien. Hukum dan perundangan dalam yanmed tsb. sebagi landasan medicine by law yang merupakan risk management menuju pelayanan prima.

Hubungan kebijakan Depkes dengan PSC
Menyediakan pelayanan prima pra RS. Menyediakan dokter yang memiliki kemampuan BLS dan ALS. Mengusahakan geomedic mapping yang merupakan pemetaan sumberdaya sarana dan prasarana kesehatan (SDM, biaya, teknologi) serta lokasi permasa-lahan, akan mempermudah koordinasi dan penggerakan sumberdaya kesehatan dan non kesehatan. Pelayanan yang baik terkait dengan komunikasi dan transportasi terutama dalam bencana. Koordinasi dengan polisi/SAR-PMK diperlukan. Koordinasi dengan unsur yang ditetapkan pemerintah yaitu Bakornas/Banas, Satkorlak, Satlak PBP hingga terjadi sinergi, efisiensi dan mutu penanggulangan.

Strategi pembentukan dan pengembangan PSC
1. Administrasi dan manajemen. Pengembangan visi, misi, strategi, kebijakan dan langkah-langkah. Memuat berbagai peraturan perundangan pembagian tugas kewajiban kewenangan dan tanggung-jawab antara unsur struktural tingkat pusat, propinsi, kabupaten-kota, termasuk sarana-prasarana yang berhubungan dengan transportasi, maupun yankes pra RS hingga RS. Diperlukan peran serta awam, awam khusus, asuransi, yang akan terkait dalam mengatur prosedur dan hubungan kerja. Pengembangan standar pelayanan, skreditasi dan srtifikasi PSC dipelukan. Dikembangkan hubungan kerja-sama (partnership, networking, communicating, sharing) dengan instansi terkait yang berperan pada PSC.
2. SDM. Memacu sistem perencanaan pengadaan, pemanfaatan serta pengembangannya sehingga tercipta hubungan yang tepat, link and match, dengan kebutuhan setempat. SDM didapat dari pengembangan nasional atau daerah. Profesionalisme diatur perun-dangan. Dibuat ketentuan tentang sertifikasi, ijazah keahlian, akreditasi diklat serta penataan jabatan struktural dan fungsional yang proporsional. Dikembangkan emergency and disaster medicine untuk memenuhi kebutuhan daerah/nasional.
3. Teknologi. Pengembangan teknologi medik dan non medik dan penunjangnya. Melalui sistem penapisan, pemanfaatan, modifikasi serta penguasaannya terencana.
4. Pembiayaaan. Baik terhadap public goods, public private maupun private goods ditata melalui sistem prabayar seperti JPKM, asuransi, out of pocket, subsidi.

Kata kunci perencanaan terbentuknya PSC, merupakan unsur essensial PSC yang akan menjamin terwujudnya SC, al:
1. Save community.
2. Time saving is life and limb saving.
3. Preparedness, prevention, mitigation, quick response dan rehabilitation.
4. Administrasi-manajemen, SDM, teknologi dan pembiayaan.

TANGGAP DARURAT BENCANA

Pengertian
1. Korban massal. Korban relatif banyak akibat penyebab yang sama dan perlu perto-
longan segera dengan kebutuhan sarana, fasilitas dan tenaga yang lebih dari yang ter
sedia. Tanpa kerusakan infra struktur.
2. Bencana. Mendadak / tidak terencana atau perlahan tapi berlanjut, berdampak pada
pola kehidupan normal atau ekosistem, hingga diperlukan tindakan darurat dan luar bi
asa untuk menolong dan menyelamatkan korban dan lingkungannya. Korban banyak,
dengan kerusakan infra struktur.
3. Bencana kompleks. Bencana disertai permusuhan yang luas, disertai ancaman kea
manan serta arus pengungsian luas. Korban banyak, kerusakan infra struktur, disertai
ancaman keamanan.

Masalah saat bencana
1. Keterbatasan SDM. Tenaga yang ada umumnya mempunyai tugas rutin lain
2. Keterbatasan peralatan / sarana. Pusat pelayanan tidak disiapkan untuk jumlah korban
yang besar.
3. Sistem Kesehatan. Belum disiapkan secara khusus untuk menghadapi bencana.

Fase pada Disaster Cycle
1. Fase Impact / bencana. Korban jiwa, kerusakan sarana-prasarana, infra struktur, tata- nan sosial sehari-hari.
2. Fase Acute Response / tanggap segera :
a. Acute emergency response. Rescue, triase, resusitasi, stabilisasi, diagnosis, terapi definitif.
b. Emergency relief. Mamin, tenda untuk korban sehat.
c. Emergency rehabilitation. Perbaikan jalan, jembatan dan sarana dasar lain untuk pertolongan korban.
3. Recovery. Pemulihan.
4. Development. Pembangunan.
5. Prevention. Pencegahan.
6. Mitigation. Pelunakan efek bencana.
7. Preparedness. Kesiapan menghadapi bencana.

Perlindungan diri bagi petugas
- Prinsip Safety.
a. Do no further harm.
b. Safety diri saat respons kelokasi. Alat pengaman, rotator selalu hidup, sirine hanya saat mengambil korban, persiapan pada kendaraan, parkir 15 m dari lokasi (ke bakaran : 30 m, perhatikan arah angin).
c. Safety diri ditempat kejadian. Minimal berdua. Koordinasi dengan fihak terkait, cara mengangkat pasien, proteksi diri.
d. Safety lingkungan. Waspada bahaya yang mengancam.

- Protokol Safety
1. Khusus. Atribut, tanda pengenal posko-ambulans, perangkat komunikasi khusus tim,
jaring kerjasama dengan keamanan, hanya masuk daerah yang dinyatakan aman.
Pada daerah konflik hindari menggunakan kendaraan keamanan, ambil jarak dengan
petugas keamanan. Utamakan pakai kendaraan kesehatan / PMI.
2. Umum. Koordinasi dengan instansi setempat, KIE netralitas, siapkan jalur penyela
matan diri yang hanya diketahui tim, logistik cukup, kriteria kapan harus lari.

Posko Pelayanan Gadar Bencana
1. Penyediaan posko yankes oleh petugas yang berhadapan langsung dengan
masyarakat. Perhatikan sarat-sarat mendirikan posko.
2. Penyediaan dan pengelolaan obat.
3. Penyediaan dan pengawasan makanan dan minuman.

Rapid Health Assessment (RHA)
Pengertian
Penilaian kesehatan cepat melalui pengumpulan informasi cepat dan analisis besaran masalah sebagai dasar mengambil keputusan akan kebutuhan untuk tindakan penanggulangan segera.

Tujuan RHA
Penilaian cepat sesaat setelah kejadian untuk mengukur besaran masalah kesehatan akibat bencana atau pengungsian, hasilnya berbentuk rekomendasi untuk digunakan dalam pengambilan keputusan penanggulangan kesehatan selanjutnya.
Secara khusus menilai jenis bencana, lokasi, penduduk terkena, dampak yang telah / akan terjadi, kerusakan sarana yang menimbulkan masalah, kemampuan sumberdaya untuk mengatasi masalah, kemampuan respons setempat.

Ruang lingkup
Medis, epidemiologis, lingkungan.

Penyusunan instrumen
Berbeda untuk tiap jenis kejadian, namun harus jelas tujuan, metode, variabel data, ke-rangka analisis, waktu pelaksanaan dan instrumen harus hanya variabel yang dibutuhkan.
Variabel : Lokasi, waktu kejadian, jumlah korban dan penyebarannya, lokasi pengungsian, masalah kesehatan dan dampaknya (jumlah tewas, jumlah luka, jumlah kerusakan sarana, endemisitas setempat, potensi air bersih, kesiapan sarana yankes, ketersediaan logistik, upaya kesehatan yang telah dilakukan, fasilitas evakuasi, kesiapan tenaga, geografis, bantuan awal yang diperlukan, kemampuan respons setempat, hambatan yang ada).

Pengumpulan data
1. Waktu. Tergantung jenis bencana.
2. Lokasi. Lokasi bencana, penampungan, daerah sekitar sebagai sumber daya.
3. Pelaksana / Tim RHA. Medis, epidemiologi, kesling, bidan/perawat, sanitarian yang bisa
bekerjasama dan memiliki kapasitas mengambil keputusan.

Metode RHA
Pengumpulan data dengan wawancara dan observasi langsung.

Analisis RHA
Diarahkan pada faktor risiko, penduduk yang berisiko, situasi penyakit dan budaya lokal, potensi sumber daya lokal, agar diperoleh gambaran.
1. Luasnya lokasi, hubungan transportasi dan komunikasi, kelancaran evakuasi, rujukan
dan pertolongan, dan pelayanan kesehatan.
2. Dampak kesehatan (epidemiologi). Angka kematian-luka, angka yang terkena dan perlu
pertolongan, penyakit menular berpotensi KLB.
3. Potensi sarana pelayanan. Kemampuan sarana kesehatan terdekat.
4. Potensi sumber daya kesehatan setempat dan kemugkinan mendapatkan bantuan.
5. Potensi sumber air dan sanitasi.
6. Kesediaan logistik. Yang masih ada dan yang diperlukan.

Rekomendasi
Berdasar analisis. Segera disampaikan pada yang berwenang mana yang bisa diatasi sendiri, mana yang perlu bantuan.
Obat-bahan-alat, medik-paramedik-surveilans-sanling, pencegahan-immunisasi, ma-min, sanling, kemungkinan KLB, koordinasi, jalur komunikasi, jalur koordinasi, bantuan lain untuk mendukung kecukupan dan kelancaran pelayanan.

PUSTAKA
1. Seri Penanggulangan Penderita Gawat Darurat (PPGD) / General Emergency Life Support (GELS) : Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT). Cetakan ketiga. Dirjen Bina Yanmed Depkes RI, 2006.
2. Tanggap Darurat Bencana (Safe Community modul 4). Depkes RI, 2006.

Oleh: Syaiful Saanin, BSB Dinkes Propinsi Sumbar. Pengayaan PPDS.

Senin, 05 Desember 2011

Isolasi Genom

Isolasi genom paling mudah didapatkan dari sediaan darah tepi. Bahan utamanya darah segar yang disedot dari mahasiswa coba relawan. Prinsip kerjanya adalah pemurnian sel darah putih dengan sentrifuge berulang dengan antikoagulan. Didaparkan bagian tengah yaitu buffy coat. Buffy coat ini dimurnikan dan diteruskan lisis membran dan lisis ini untuk didapatkan rantai DNA. Yahh walaupun praktikum berjubel seharian, didapatkan DNA yang seperti benanh tipis dan ruwet, itu sudah cukup memuaskan.. :-D test : apa nama zat yang digunakan untuk lisis membran dan inti?

Minggu, 04 Desember 2011

Basal Metabolik Rate

Praktikum kali ini melihat laju metabolisne berdasarkan banyaknys pemakaian oksigen. Alat yang digunakan adalah spirometer Havard, namun dilengkapi dengan lime soda untuk menyerap CO2. Sungkup diisi dengan oksigen murni. Kemudian mahasiswa coba diminta betnafas menggunakan oksigen tersebut. Penurunan ketinggian sungkup merupakan jumlah volune oksigen yang dipakai. kemudian dihubungkan dengan pencatat di kertas grafik (1 mm = 30 ml). #pretesyangnggakbisakujawab


Published with Blogger-droid v2.0.1

Senin, 28 November 2011

Pemeriksaan THT

Pemeriksaan THT mulai lihat2 MAE, cari cari serumen dan lihat-lihat mrmbrana tympani.

Pemeriksaan tonsil mulut sampai ada yang muntah-muntah.

Foto diatas saat mencari upil memggunakan spekulum hidung. :-D


Published with Blogger-droid v2.0.1

Sego Mercon FKG

Ni salah satu makanan khas surabaya  yang patut dicoba. Dengan harga Rp 7500 bisa menikmati nasi pedes ini.

NB: hati2 buat yang punya gastritis


Published with Blogger-droid v2.0.1

Uji Saliva Biokimia

Warna-warna menarik dari laritan ini. Nggak kelihatan dari uji saliva. Sehari jadi "sapi perah" untuk diambil saliva :-D. Selanjutnya praktikum urin.. Berkesan banget ni biokim...

Hayoo tebak tu hasil reaksi apa?


Published with Blogger-droid v2.0.1

Spirometer Havard

Spirometer klasik yang dugunakan dosen sejak dia jadi mahasiswa juga :-D. Nggak pernah berubah cukup setia menemani praktikum faal sem 3..

Ampuh juga buat ukur TV, ERV, IRV, FEV, KPM dkk...

Tinggal buat lapraknya nihh :-)


Published with Blogger-droid v2.0.1

Minggu, 27 November 2011

Spesialis apa ya??

  • Sp.A - Spesialis Anak (8 Semester)
  • Sp.An - Spesialis Anestesiologi dan Reanimasi (7 Semester)
  • Sp.And - Spesialis Andrologi (6 Semester)
  • Sp.B - Spesialis Bedah (10 Semester)
  • Sp.BA - Spesialis Bedah Anak (10 Semester)
  • Sp.BM - Spesialis Bedah Mulut dan Maksilofasial (dokter gigi)
  • Sp.BTKV - Spesialis Bedah Toraks Kardiovaskuler (10 Semester)
  • Sp.BP - Spesialis Bedah Plastik (10 Semester)
  • Sp.BS - Spesialis Bedah Saraf (11 Semester)
  • Sp.EM - Spesialis Kedaruratan Medik (8 Semester)
  • Sp.F - Spesialis Kedokteran Forensik (6 Semester)
  • Sp.FK - Spesialis Farmakologi Klinik (6 Semeter)
  • Sp.JP - Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah (10 Semester)
  • Sp.KFR - Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi
  • Sp.KG - Spesialis Konservasi Gigi (dokter gigi)
  • Sp.KGA - Spesialis Kedokteran Gigi Anak (dokter gigi)
  • Sp.KJ - Spesialis Kedokteran Jiwa atau Psikiatri (8 Semester)
  • Sp.KK - Spesialis Penyakit Kulit dan Kelamin (7 Semester)
  • Sp.KN - Spesialis kedokteran Nuklir (7 Semeter)
  • Sp.KO - Spesialis Kedokteran Olahraga (7 Semester)
  • Sp.M - Spesialis Mata (7 Semeter)
  • Sp.MK - Spesialis Mikrobiologi Klinik (6 Semester)
  • Sp.OG - Spesialis Obstetri & Ginekologi (kebidanan dan kandungan) (9 Semester)
  • Sp.Ok - Spesialis Kedokteran Okupasi (kerja) (6 Semester)
  • Sp.Onk.Rad - Spesialis Onkologi Radiasi (7 Semester)
  • Sp.Ort - Spesialis Ortodonsia (perawatan maloklusi) (dokter gigi)
  • Sp.OT - Spesialis Bedah Orthopaedi dan Traumatologi (9 Semester)
  • Sp.P - Spesialis Paru (Pulmonologi) (7 Semester)
  • Sp.Perio - Spesialis Periodonsia (jaringan gusi dan penyangga gigi) (dokter gigi)
  • Sp.PA - Spesialis Patologi Anatomi (6 Semester)
  • Sp.PD - Spesialis Penyakit Dalam (9 Semester)
  • Sp.PK - Spesialis Patologi Klinik (8 Semester)
  • Sp.PM - Spesialis Penyakit Mulut (dokter gigi)
  • Sp.Pros - Spesialis Prostodonsia (restorasi rongga mulut) (dokter gigi)
  • Sp.Rad - Spesialis Radiologi (7 Semester)
  • Sp.RM - Spesialis Rehabilitasi Medik (8 Semester)
  • Sp.RKG - Spesialis Radiologi Kedokteran Gigi (dokter gigi)
  • Sp.S - Spesialis Saraf (8 Semeter)
  • Sp.THT-KL - Spesialis Telinga Hidung Tenggorok-Bedah Kepala Leher (8 Semeter)
  • Sp.U - Spesialis Urologi (10 Semester)
  • Sp.Ger - Spesialis Geriatri (sedang dikaji)

Saran buat ukhti: Kayaknya habis lulus mending nikah dulu deh...... :-)

Penyakit Addison (Addison's Disease) - Patofisiologi dan Gejala

Pertama kali dideskripsikan secara klinik oleh Thomas Addison, merupakan insufisiensi adenokortikal primer.

Patofisiologi penyakit addison
Penyakit addison (Addison’s disease) merupakan insufisiensi adenokortikal disebabkan destruksi atau disfungsi dari seluruh korteks adrenal. Hal ini berpengaruh terhadap fungsi glukokortikoid dan mineralokortikoid. Onset penyakit ini biasanya terjadi ketika 90% atau lebih dari kedua korteks adrenal mengalami disfungsi atau rusak.

Epidemiologi
Di Amerika Serikat, penyakit addison terjdai pada 40-60 kasus per satu juta penduduk.
Secara global, penyakit addison jarang terjadi. Bahkan hanya negara-negara tertentu yang memiliki data prevalensi dari penyakit ini. Prevalensi di Inggris Raya adalah 39 kasus per satu juta populasi dan di Denmark mencapai 60 kasus per satu juta populasi.

Mortalitas/morbiditas terkait dengan penyakit addison biasanya karena kegagalan atau keterlambatan dalam penegakkan diagnosis atau kegagalan untuk melakukan terapi pengganti glukokortikoid dan mineralokortikoid yang adekuat.

Jika tidak tertangani dengan cepat, krisis addison akut dapat mengakibatkan kematian. Ini mungkin terprovokasi baik secara de novo, seperti oleh perdarahan kelenjar adrenal, maupun keadaan yang menjadi penyerta pada insufisiensi adenokortikal kronis atau yang tidak terobati secara adekuat.
Dengan onset lambat penyakit addison kronik, kadar yang rendah signifikan, non spesifik, tapi melemahkan, maka gejala dapat terjadi.

Bahkan setelah diagnosis dan terapi, risiko kematian lebih dari 2 kali lipat lebih tinggi dengan penyakit addison. Penyakit kardiovaskuler, keganasan dan penyakit infeksi bertanggung jawab atas tingginya angka kematian.

Penyakit addison predileksinya tidak berkaitan dengan ras tertentu. Sedangkan penyakit addison idiopatik autoimun cenderung lebih sering pada wanita dan anak-anak.
Usia paling sering pada penderita addison disease adalah orang dewasa antara 30-50 tahun. Tapi, penyakit ini tidak dapat timbula lebih awal pada pasien dengan sindroma polyglanduler autoimun, congenital adrenal hyperplasia (CAH), atau jika onset karena kelainan metabolisme rantai panjang asam lemak.

Gejala penyakit addison
Keluhan pasien biasanya sesuai dengan gambaran keadaan kekurangan glukokortikoid dan mineralokortikoid. Gejala sering bervariasi tergantung durasi penyakit.
Pasien dapat datang dengan gejala klinik penyakit addison kronik atau krisis addison akut yang dipercepat dengan faktor stress seperti infeksi, trauma, pembedahan, muntah, diare atau ketidakpatuhan terhadap terapi pengganti steroid.

Gejala klinik penyakit addison kronik
  1. Onset keluhan biasanya samar dan tidak khas
  2. Hiperpigmentasi kulit dan membran mukosa sering mendahului seluruh gejala lain selama berbulan-bulan hingga bertahun-tahun.
  3. Penemuan kulit yang lain seperti vitiligo, di mana paling sering tampak berkaitan dengan keadaan hiperpigmentasi addison disease idiopatik autoimun. Hal ini karena terjadi destruksi autoimun terhadap melanosit.
  4. Hampir seluruh pasien mengeluhkan kelemahan progresif, lelah, nafsu makan kurang, dan kehilangan berat badan.
  5. Gejala gastrointestinal prominent dapat berupa pening, mual muntah, dan kadang-kadang diare. Steatorrhea yang responsif terhadap glukokortikoid telah dilaporkan.
  6. Pusing dengan ortostatis karena hipotensi adakalanya dapat memicu sinkop. Hal ini karena efek kombinasi deplesi volume, kehilangan efek mineralokortikoid aldosteron, dan kehilangan efek permisif (membolehkan) kortisol dalam meningkatkan efek vasopresor katekolamin.
  7. Mialgia dan paralisis flasid otot dapat terjadi karena hiperkalemia.
  8. Pasien dapat memiliki riwayat menggunakan obat yang diketahui untuk mempengaruhi fungsi adrenokortikal atau untuk meningkatkan metabolisme kortisol.
  9. Gejala lain yang dilaporkan meliputi nyeri otot dan sendi, kemampuan indra pembau , mengecap, dan mendengar meningkat; dan merasa kurang garam (menjadi lebih suka garam).
  10. Pasien dengan diabetes yang sebelumnya terkontrol dengan baik, tiba-tiba mengalami penurunan yang tajam dalam kebutuhan insulin dan mengalami hipoglikemi karena peningkatan sensitivitas terhadap insulin.
  11. Impoten dan penurunan libido dapat terjadi pada pasien laki-laki, terutama pada mereka dengan fungsi testis terganggu atau berada pada batas minimal.
  12. Pasien perempuan yang dapat memiliki riwayat amenore karena efek kombinasi dari kehilangan berat badan dan sakit kronik atau kegagalan ovarium prematur autoimun sekunder. Hiperprolaktinemia yang responsif terhadap steroid dapat berperan terhadap penurunan fungsi gonad dan amenore tersebut.   
Gejala klinik penyakit addison akut
  1. Pasien pada krisis adrenal akut sering mengalami mual, muntah dan kolaps pembuluh darah. Mereka dapat menjadi syok dan tampak sianotik dan kebingungan.
  2. Gejala abdominal dapat menyerupai gejala akut abdomen.
  3. Pasien dapat mengalami hiperpireksia, dengan temperatur dapat mencapai 105o F atau lebih, dan mungkin pingsan.
  4. Pada perdarahan adrenal akut, pasien, biasanya pada pengaturan perawatan akut, memburuk dengan tiba-tiba pingsan, nyeri abdomen atau pinggang, dan muntah dengan atau tanpa hiperpireksia. 
 Lalu, apa yang dimaksud dengan Von Wilellebrand Disease dan Crohn Disease?

Referensi
Addison T. On the Constitutional and Local Effects of Disease of the Supra-renal Capsules. London, UK: Samuel Highley; 1855.

Hemminki K, Li X, Sundquist J, et al. Subsequent autoimmune or related disease in asthma patients: clustering of diseases or medical care?. Ann Epidemiol. Mar 2010;20(3):217-22. [Medline].

White K, Arlt W. Adrenal crisis in treated Addison's disease: a predictable but under-managed event. Eur J Endocrinol. Jan 2010;162(1):115-20. [Medline].

Kyriazopoulou V. Glucocorticoid replacement therapy in patients with Addison's disease. Expert Opin Pharmacother. Apr 2007;8(6):725-9. [Medline].

Bergthorsdottir R, Leonsson-Zachrisson M, Oden A, et al. Premature mortality in patients with Addison's disease: a population-based study. J Clin Endocrinol Metab. Dec 2006;91(12):4849-53. [Medline]. [Full Text].

Barnett AH, Espiner EA, Donald RA. Patients presenting with Addison's disease need not be pigmented. Postgrad Med J. Nov 1982;58(685):690-2. [Medline].

McBrien DJ. Steatorrhea in Addison's disease. Lancet. 1963;Vol I:25-6.

Van Dellen RG, Purnell DC. Hyperkalemic paralysis in Addison's disease. Mayo Clin Proc. Dec 1969;44(12):904-14

Sumber: http://drgugum.blogspot.com/

Von Willebrand Disease (Penyakit Von Willebrand)


Seorang gadis remaja usia 14 tahun datang diantar ke UGD ketika saya jaga, keluahannya adalah ketika dia datang bulan, maka darah yang ke luar banyak sekali dan waktunya juga panjang seakan darah terus mengocor ke luar. Sidik punya sidik ternyata dia sudah berulang kali masuk RS Dr. Kariadi sebelumnya. Diagnosis pun sudah ditegakkan yaitu Von Willebrand disease atau Von Willebrand disorder.

Lalu kenapa terjadi perdarahan? Pada setiap manifestasi perdarahan ada 3 hal yang harus selalu kita perhatikan, yaitu: 1.) vaskulopati, 2.) trombositopati, dan 3.) koagulopati. Naahh..pada penyakit von willebrand ini kelainan yang terjadi adalah koagulopati. Koagulopati maksudnya terjadi kelainan pada faktor koagulasi di darah. Lalu faktor koagulasi yang mana yang mengalami kelainan? Faktornya dinamakan sebagai faktor Von Willebrand atau dalam bahasa inggris Von Willebrand factor (VWF) karena yang pertama kali mendeskripsikan penyakit ini adalah ‘om’ Erik Adolf Von Willebrand pada tahun 1926. Kelainan ini bersifat herediter, bisa autosomal dominan atau autosomal resesif, ketika gen ini diekspresikan maka seseorang akan mengidap kelainan ini.

Von Willebrand factors berfungsi sebagai protein pembawa bagi faktor VIII. Selain itu von willebrand factor juga diperlukan dalam proses adhesi platelet. Jadi von Willebrand factor berperan dalam hemostasis primer (adhesi platelet) dan sekunder (protein pembawa faktor VIII).

Pada hemostasis primer, von Willebrand factor menempel pada platelet melalui reseptor spesifik glikoprotein Ib pada permukaan platelet dan berperan sebagai jembatan yang menghubungkan antara platelet dan jaringan subendotelium yang rusak pada pembuluh darah. Sedangkan pada hemostasis sekunder, von willebrand factor mencegah atau melindungi faktor VIII dari degradasi dan menyampaikannya pada tempat luka.

Tipe Penyakit Von Willebrand (Von Willebrand Disease Types)
Kelainan ini diklasifikasikan menjadi 3 tipe utama:
1.       Von Willebrand Disease Tipe 1, paling sering terjadi sekitar 70-80%.
2.       Von Willebrand Disease Tipe 2, terdapat subtipe 2A, 2B, 2N, dan 2M).
3.       Von Willebrand Disease Tipe 3, paling berat/serius manifestasi kliniknya.

Penentuan tipe ini jarang dilakukan di praktik sehari-hari, dan untuk menentukan tipe mana diperlukan pemeriksaan lebih lanjut dengan sarana dan prasarana yang mendukung. Biasanya diagnosis klinis hingga von Willebrand Disease saja sudah cukup.

Sumber http://drgugum.blogspot.com

Mencari Penyebab Kerusakan Eritrosit Menggunakan MCV

-
Nilai eritrosis Rata-rata (Mean corpuscular values) atau disebut juga Indeks eritrosit/ sel darah merah merupakan bagian dari pemeriksaan laboratorium hitung darah lengkap (Complete blood count) yang memberikan keterangan mengenai ukuran rata-rata eritrosit dan mengenai banyaknya hemoglobin (Hb) per eritrosit. Biasanya digunakan untuk membantu mendiagnosis penyebab anemia (Suatu kondisi di mana ada terlalu sedikit eritrosit/ sel darah merah). Indeks/ nilai yang biasanya dipakai antara lain :
  1. Mean Corpuscular Volume (MCV) = Volume Eritrosit Rata-rata (VER), yaitu volume rata-rata sebuah eritrosit disebut dengan fermatoliter/ rata-rata ukuran eritrosit.
  2. Mean Corpuscular Hemoglobin (MCH) = Hemoglobin Eritrosit Rata-Rata (HER), yaitu banyaknya hemoglobin per eritrosit disebut dengan pikogram
  3. Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration (MCHC) = Konsentrasi Hemoglobin Eritrosit Rata-rata (KHER), yaitu kadar hemoglobin yang didapt per eritrosit, dinyatakan dengan persen (%) (satuan yang lebih tepat adalah “gram hemoglobin per dL eritrosit”)
-
CARA PENETAPAN MASING-MASING NILAI :
Nilai untuk MCV, MCH dan MCHC diperhitungkan dari nilai-nila ; (a) hemoglobin (Hb), (b) hematokrit (Ht), dan (c) Hitung eritrosit/ sel darah merah (E). Kemudian nilai-nilai tersebut dimasukkan dalam rumus sebagai berikut :
  1. MCV (VER)       = 10 x Ht : E, satuan femtoliter (fl)
  2. MCH (HER)       = 10 x Hb : E, satuan pikogram (pg)
  3. MCHC (KHER)   = 100 x Hb : Ht, satuan persen (%)
Nilai normal :
  • MCV: 82-92 femtoliter
  • MCH: 27-31 picograms / sel
  • MCHC: 32-37 gram / desiliter
-
TUJUAN PENETAPAN NILAI ERITROSIT RATA-RATA
Eritrosit/ sel darah merah berfungsi sebagai tranportasi hemoglobin dengan kata lain juga mentranportasikan oksigen (O2), maka jumlah oksigen (O2) yang diterima oleh jaringan bergantung kepada jumlah dan fungsi dari eritrosit/ sel darah merah dan Hemoglobin-nya.
Nilai MCV mencerminkan ukuran eritrosit, sedangkan MCH dan MCHC mencerminkan isi hemoglobin eritrosit. Penetapan Indeks/ nilai rata-rata eritrosit ini digunakan untuk mendiagnosis jenis anemia yang nantinya dapat dihungkan dengan penyebab anemia tersebut.  Anemia didefinisikan berdasarkan ukuran sel (MCV) dan jumlah Hb per eritrosit (MCH) :
  • Anemia mikrositik : nilai MCV kecil dari batas bawah normal
  • Anemia normositik : nilai MCV dalam batas normal
  • Anemia makrositik : nilai MCV besar dari batas atas normal
  • Anemia hipokrom : nilai MCH kecil dari batas bawah normal
  • Anemia normokrom : nilai MCH dalam batas normal
  • Anemia hiperkrom : nilai MCH besar dari batas atas normal
-
INTERPRETASI HASIL ABNORMAL
Tujuan akhir dari penetapan nilai-nilai ini adalah untuk mendiagnosis penyebab anemia. Berikut ini adalah jenis anemia dan penyebabnya:
  • Normositik normokrom, anemia disebabkan oleh hilangnya darah tiba-tiba, katup jantung buatan, sepsis, tumor, penyakit jangka panjang atau anemia aplastik.
  • Mikrositik hipokrom, anemia disebabkan oleh kekurangan zat besi, keracunan timbal, atau talasemia.
  • Mikrositik normokrom, anemia disebabkan oleh kekurangan hormon eritropoietin dari gagal ginjal.
  • Makrositik normokrom,  anemia disebabkan oleh kemoterapi, kekurangan folat, atau vitamin B-12 defisiensi.
Sumber: http://belibis-a17.com
 
© 2010 Catatan Elang | Edited by new blogger design tricks | orginal template by shape5.com